Selasa, 29 April 2014

Tugas 6

Tugas 6

1. Mekanisme Ekskresi Hewan Amphibi (Katak)
   

    Tipe ginjal pada amphibi adalah tipe ginjal opistonefros. Katak jantan memiliki saluran ginjal dan saluran kelamin yang bersatu dan berakhir di kloaka. Namun, hal tersebut tidak terjadi pada katak betina. Ginjal pada katak seperti halnya pada ikan, juga menjadi salah satu organ yang sangat berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuhnya. Kulit Amphibia yang tipis dapat menyebabkan Amphibia kekurangan cairan jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada terlalu lama dalam air tawar. Air dengan sangat mudah
    Katak dapat mengatur laju filtrasi dengan bantuan hormon, sesuai dengan kondisi air di sekitarnya. Ketika berada dalam air dengan jangka waktu yang lama, katak mengeluarkan urine dalam volume yang besar. Namun, kandung kemih katak dapat dengan mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung kemihnya sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu yang lama.

2. Gangguan dan Penyakit Sistem Koordinasi    1. Stroke ( istilah lain Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
    2. Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV).
    3. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
    4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
    5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis. Misalnya karena jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang belakang.
    6. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, terlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracunan.
    7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang, tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin B1, B6, B12.
    8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak.
    9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi, stres, atau bingung.
    10. Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
    11. Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi.
    12. Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik.
    13. Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls ) pada neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
    14. Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot untuk satu atau banyak otot. Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan atau hilangnya mobilitas di wilayah yang terpengaruh. Kelumpuhan sering disebabkan akibat kerusakan pada otak.
    15. Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White matter changes, WMC) adalah perubahan pada bagian ganglia basal dari otak besar. WMC dapat disebabkan oleh hipoperfusi atau iskemia pada otak, khususnya pada area sub-cortical dari ganglia basal.

3. Kinerja Sel Batang dan Kerucut pada Manusia
1. Pada Manusia
    Pada umumnya terdapat sekitar 125 juta sel batang pada mata manusia. Sel ini lebih sensitif dibandingkan dengan sel kerucut sehingga sel inilah yang bertanggung jawab terhadap penglihatan dalam gelap.
    Sel batang memiliki bentuk sedikit lebih lebar dari sel kerucut, namun keduanya memiliki struktur dasar yang sama. Bagian pigmen ada di sebelah luar, terletak di jaringan epitel membentuk homeostasis sel. Pada ujung jaringan epitel ini terdapat banyak cakram bertumpuk. Sel batang memiliki daerah pigmen visual yang luas, sehingga memiliki kemampuan menyerap cahaya dengan baik. Karena sel batang hanya memiliki satu jenis yang sensitif terhadap cahaya, (sel kerucut memiliki tiga jenis pigmen atau lebih) sehingga sel batang tidak bisa membedakan warna.
    Reseptor warna atau sering juga disebut sel kerucut (bahasa Inggris: cone cell) adalah sel penerima sinar di dalam retina mata yang bertanggung jawab terhadap penglihatan warna. Sel kerucut akan bekerja dengan baik pada kondisi yang cukup terang. Sebagai lawannya, sel batang akan bekerja dengan baik pada cahaya yang redup.
    Osterberg pada tahun 1935 mengatakan, ada sekitar enam juta sel kerucut pada mata manusia. Sementara Curcio pada tahun 1990 mengatakan ada sekitar 4,5 juta sel kerucut dan 90 juta sel batang pada retina manusia.
    Sel kerucut kurang sensitif terhadap cahaya dibandingkan sel batang, tapi sel kerucut mampu membedakan warna. Sel kerucut juga dapat melihat detail yang lebih halus dan karena memiliki respon yang cepat terhadap perubahan. Karena manusia biasanya memiliki tiga jenis sel kerucut dengan iodopsin berbeda, yang memiliki kurva respon yang berbeda, dengan demikian manusia menanggapi variasi warna dengan cara yang berbeda. Hal ini yang mebuat manusia memiliki penglihatan trikromatik. Pada kasus buta warna, satu atau lebih sel kerucut tidak berfungsi sebagai mana mestinya, sehingga penderita buta warna tidak bisa melihat warna tertentu. Pernah juga di laporkan bahwa ada manusia yang memiliki empat atau lebih sel kerucut yang membuat mereka memiliki penglihatan tetrakromatik. Kerusakan pada sel kerucut akan menyebabkan kebutaan.

2. Pada Hewan
    Ada dua tipe sel fotoreseptor yaitu sel batang (rods) dan sel kerucut (cones). Si “karpet terang” tapetum lucidum lokasinya ada dibelakang bagian mata yang disebut retina ini. Untuk dapat melihat suatu objek, cahaya yang masuk ke mata kucing harus melakukan perjalanan melalui bagian-bagian mata yang dimilikinya. Bahkan ada saat dimana cahaya itu “berjalan” bolak-balik untuk memaksimalkan cahaya yang diterima mata yaitu pada saat kucing berada di tempat yang gelap. Setelah cahaya masuk melalui pupil, cahaya tersebut akan difokuskan oleh lensa menuju retina, kemudian informasinya diteruskan ke otak oleh saraf-saraf mata. Sel kerucut bekerja dengan baik pada cahaya terang dan berfungsi mengirimkan detail informasi gambar yang diterima ke otak.
    Sedangkan sel batang bekerja dengan baik pada cahaya dengan level rendah. Sel batang ini berfungsi dalam pendeteksian gerakan dan dasar informasi dalam bentuk visual. Suatu pigmen fotosensitif di dalam sel batang yang disebut rhodopsin hanya sensitif terhadap cahaya pada level rendah. Pada siang hari, pigmen tersebut akan terpecah dengan cepat sehingga persepsi secara visual menjadi kurang efektif. Nah, retina pada hewan nocturnal hampir seluruhnya tersusun atas sel-sel batang. Sedangkan tipe sel lainnya yaitu sel kerucut, hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali. Akibatnya kebanyakan hewan nocturnal seperti kucing ini tidak memiliki kemampuan untuk membedakan warna. Sedikitnya sel kerucut yang ada dalam retina juga menyebabkan kucing bisa mengetahui letak objek yang ada di depannya dengan jelas meskipun tidak dapat melihat detail objek yang dilihatnya itu. Pada lingkungan dengan level cahaya rendah, kerja keras mata untuk dapat melihat dibantu oleh si “karpet terang” tapetum lucidum. Seperti cermin, tapetum memantulkan cahaya yang sebelumnya telah diterima melalui retina, kembali lagi ke retina untuk kedua kalinya. Pada saat tersebut, cahaya diberi kesempatan kedua untuk menghantam sel-sel batang dalam retina yang sangat sensitif terhadap cahaya dan memaksimalkan penyerapan informasi gambar yang diterima. Dalam perjalanannya yang kedua ini, cahaya tidak diserap, melainkan dikeluarkan kembali ke mata melalui organ pupil. Itu sebabnya di tempat yang pencahayaannya minim, mata kucing akan terlihat bersinar seperti nyala lampu senter.

Kamis, 06 Maret 2014

Hasil Praktek Uji Vitamin C

Judul    : Uji Vitamin C
Tujuan :Untuk Mengetahui Kandungan Vitamin C

Alat dan Bahan :
Alat :                                          
  •        Pipet tetes
  •        Tabung Reaksi
  •        Gelas Tabung
Bahan :
  •        Apel
  •     Jeruk
  •       Tomat
  •        Semangka
  •        Pisang
  •        Melon
  •        Mentimun
  •        Mangga
  •       Amilum


Prosedur Kerja :

  •        1 ml amilum diteteskan ke dalam tabung reaksi sebanyak 25 tetes.
  •        Masukkan sari buah A sampai warnanya menjadi transparan.
  •        Ulangi proses tersebut hingga 8 sari buah.
  •        Catat tetesan yang dibutuhkan sari buah hingga amilum menjadi transparan.

Tabel Hasil Pengamatan :

NO
Nama Buah
Jumlah Tetesan
Kandungan Vitamin C
Keterangan
1
Apel
7
0.021 %

2
Jeruk
4
0.03 %

3
Tomat
11
0.013 %

4
Semangka
10
0.015 %

5
Pisang
8
0.018 %

6
Melon
15
0.01 %

7
Mentimun
10
0.015 %

8
Mangga
15
0.01%


 Keterangan : Persentase kandungan vitamin C = (15/jumlah tetes sari buah) * 0,01% 


Kesimpulan:
Semakin banyak sari makanan yang ditetesi untuk mengubah warna Amilum, maka semakin kecil persentase kandungan vitamin C di dalam sari buah tersebut. dan semakin sedikit sari makanan yang ditetesi untuk mengubah warna Amilum, maka semakin besar persentase kandungan vitamin C di dalam sari buah tersebut.

Tugas 5

Urutan Organ Sistem dan Mekanisme Pernapasan pada Burung (Unggas) 

A. Struktur Alat-alat Pernapasan pada Burung
     a. Lubang Hidung
         a.i Lubang Hidung Luar 
              Berjumlah 2 buah atau sepasang yang terletak pada pangkal paruh sebelah atas
         a.ii Lubang Hidung Dalam
               Terdapat pada langit-langit di dalam rongga mulut
     b. Celah Tekak
         Saluran pernapasan yang terdapat pada faring dan berhubungan dengan trakea
     c. Trakea
         Trakea pada burung tersusun atas tulang-tulang rawan yang menyerupai lingkaran. Trakea akan bercabang menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan. Kedua bronkus tersebut akan menghubungakan siring dengan paru-paru. Adapun pangkal percabangan pada trakea disebut dengan bifurkasi trakea
     d. Siring
         Siring merupakan alat suara pada burung yang terletak pada bifurkasi trakea. Siring  tersusun atas dua macam otot, yaitu otot sterno trakealis dan otot siringalis. Otot sterno trakealis merupakan otot yang berfungsi untuk menghubungkan tulang dada dengan trakea, sedangkan otot siringalis merupakan otot yang berfungsi untuk menghubungkan siring dengan dinding trakea bagian dalam. Siring akan mengeluarkan suara apabila lipatan yang berupa selaput pada sebelah dalam rongga siring bergetar
     f. Paru-paru
        Burung mempunyai sepasang paru-paru yang menempel pada dinding rongga dada bagian dalam. Jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, ukuran paru-paru burung relatif kecil. Adapun struktur paru-paru burung adalah sebagai berikut:
          1. Bronkus primer yang bercabang lagi menjadi bronkiolus-bronkiolus.
          2. Bronkiolus terbesar disebut mesobronkus. Mesobronkus bercabang lagi menjadi bronkus sekunder anterior (ventrobronkus) dan bronkus sekunder posterior (porsobronkus). Bronkus sekunder anteroir dan posterior dihubungkan oleh parabronkus. Burung memiliki sekitar 1000 buah parabronkus dengan diameter mencapai 0,5 mm.
          3. Paru-paru burung dilindungi oleh selaput pleura yang berhubungan dengan kantong udara atau pundi-pundi udara bagian dalam. Kantong-kantong udara tersebut disebut dengan sakus pneumatikus yang terdapat pada pangkal leher, rongga dada, ketiak, dan antar tulang rusuk korakoid
          4. Pundi-pundi udara mempunyai fungsi sebagai berikut:
              a. Sebagai alat pernapasan ketika burung terbang
              b. Dapat memperkecil hilangnya suhu tubuh burung
              c. Sebagai alat bantu untuk memperkeras suara karena pundi-pundi udara dapat memperluas ruang siring
              d. Untuk menghangatkan tubuh burung karena pundi-pundi udara dapat menyelubungi organ-organ dalam dengan rongga udara
              e. Dapat memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh burung pada saat terbang dan berenang sehingga dapat melakukan gerakan dengan mudah
           5. Pundi-pundi udara pada burung berjumlah sembilan buah yaitu 2 buah pundi-pundi udara di bagian leher, 1 buah di antara tulang selangka, 2 buah di dada bagian depan, 2 buah di dada bagian belakang, 2 buah di bagian perut

B. Mekanisme atau Proses Pernapasan pada Burung
     Proses pernapasan pada burung meliputi dua tahap yaitu proses pada saat istirahat dan terbang
     b.i Proses pernapasan pada saat istirahat
         Pernapasan pada burung meliputi tahapan inspirasi dan ekspirasi
         b.i.i   Proses Inspirasi
                  Proses inspirasi pada burung dimulai dengan adanya pergerakan tulang rusuk ke arah depan bawah. Pada saat itu, rongga dada burung akan membesar, tetapi tekanan udara di dalam rongga dada mengecil. Keadaan ini akan diikuti dengan mengembangnya paru-paru dan mengecilnya tekanan udara di dalam rongga dada paru-paru. Keadaan ini akan mengakibatkan udara masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan yaitu melalui lubang hidung bagian luar, lubang hidung bagian dalam, celah tekak, trakea, siring, dan terakhir masuk ke dalam paru-paru
         b.i.ii   Proses Ekspirasi
                   Pada saat ekspirasi, posisi tulang rusuk pada burung akan kembali ke semula. Otot-otot pada bagian dada akan berkonstraksi untuk mengecilkan rongga dada sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi besar. Akibatnya, ruangan di dalam paru-paru menjadi lebih sempit sehingga tekanan udara menjadi besar. Keadaan ini mengakibatkan udara keluar dari dalam paru-paru dan pundi-pundi udara
     b.ii Proses pernapasan pada saat terbang
           Pada saat burung terbang, burung tidak bernapas menggunakan paru-paru, melainkan pundi-pundi udara. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
            b.ii.i   Pada saat burung terbang dan mengangkat sayapnya akan mengakibatkan pundi-pundi udara antartulang korakoid terjepit dan pundi-pundi udara yang terletak di bawah ketiak mengembang. Keadaan ini akan mengakibatkan udara akan masuk ke dalam pundi-pundi udara yang berada di bawah ketiak sehingga terjadi inspirasi yang ditandai dengan adanya pertukaran (difusi) antara oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru
            b.ii.ii  Pada saat burung menurunkan sayapnya, kantong udara yang berada di bagian bawah ketiak akan terjepit sehingga akan mengakibatkan pundi-pundi udara antartulang korakoid mengembang dan udara masuk ke dalam pundi-pundi udara. Keadaan ini menyebabkan terjadinya ekspirasi        

Selasa, 04 Maret 2014

Hasil Praktek Uji Makanan

Judul :Uji Makanan
Tujuan :Mengetahui kandungan jenis zat di dalam makanan

Alat :
  • Pipet tetes
  • Plate tetes
  • Spirtus
  • Tabung Reaksi
  • Alat tumbuk
  • Tusuk gigi
  • Tissue
  • Penjepit
  • Gelas Tabung

Bahan :
  • Tahu
  • Tempe
  • Mentega
  • Minyak
  • Gula
  • Nasi
  • Tepung
  • Telur

Prosedur kerja :
1)      Uji lemak = buat bahan menjadi lunak dan menyisakan air, lalu oleskan ke sebuah kertas dan lihat hasil nya tembus atau tidak
2)      Uji amilum = teteskan bahan makanan pada flat tetes, lalu campurkan oleh lugol dan diamati warnanya, lakukan hingga 8 bahan makanan
3)      Uji Glukosa = teteskan bahan makanan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 cm, lalu teteskan benedith, setelah itu panaskan tabung pada spiritus dan diamati warnanya, lakukan hingga 8 bahan makanan
4)      Uji Protein = teteskan bahan makanan pada flat tetes, lalu teteskan biuret dan diamati warnanya, lakukan hingga 8 bahan makanan




NO
JENIS MAKANAN
Warna Hasil Uji Makanan dengen Regen
Transparan/ Tidak
Lugol
Benedict
Biuret
1
Nasi
Tidak
Ungu/Biru (+)
Putih Bening (-)
Putih Bening (-)
2
Tepung
Tidak
Hitam (+)
Kuning (+)
putih Susu (-)
3
Tahu
Tidak
Orange (+)
Putih Susu (-)
putih Susu (-)
4
Tempe
Tidak
Orange Kecoklatan (-)
Kuning (+)
Kuning (-)
5
Telur
Tidak
Orange Kecoklatan (-)
Putih Susu (-)
Ungu (+)
6
Minyak Goreng
Ya
Merah Pekat (-)
Orange (+)
Putih (-)
7
Mentega
Ya
Orange (-)
Kuning (+)
Kuning Pucat (-)
8
Gula Putih
Tidak
Merah Marun (-)
Hijau (-)
Kuning Bening (-)


Reaksi Positif :

1. Lemak : Transparan.

2. Lugol : Hitam, Biru.

3. Benedict : Merah, Kuning.

4. Biuret : Ungu.


Analisis Tabel :

1. Zat makanan yang mengandung lemak adalah yang ditempelkan di kertas tampak transparan. Contohnya minyak dan mentega.

2. Zat makanan yang mengandung amilum adalah yang direaksikan dengan lugol menjadi warna hitam/biru. Contohnya : nasi, tepung.

3. Zat makanan yang mengandung glukosa adalah yang direaksikan dengan benedict menjadi warna merah/kuning. Contohnya : tepung, tempe, minyak goreng dan mentega.

4. Zat makanan yang mengandung protein adalah yang direaksikan dengan biuret menjadi warna ungu. Contohnya : Telur.




Kesimpulan :
  • Bahan yang mengandung lemak akan transparan pada kertas
  • Bahan yang mengandung amilum dan direaksikan dengan lugol akan menjadi hitam/biru
  • Bahan yang mengandung glukosa dan direaksikan dengan benedict akan menjadi merah/kuning 
  • Bahan yang mengandung protein dan direaksikan dengan biuret akan menjadi ungu