Rabu, 15 Januari 2014

Penyakit Pada Hewan

Pneumonia Pada Anjing dan Kucing

     Pengobatan pneumonia pada anjing dan kucing membutuhkan waktu yang lama, dengan tingkat kesembuhan beragam, prognosa fausta sampai infausta. Pneumonia pada anjing atau kucing merupakan suatu peradangan akut atau kronis pada paru-paru dan saluran pernapasan anjing atau kucing yang ditandai dengan gangguan pernapasan dan hipoksemia atau bisa juga adanya komplikasi oleh efek sistemik akibat racun. Penyebab yang umum adalah infeksi virus primer pada saluran pernapasan bagian bawah.
  Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan pneumonia pada anjing adalah Canine distemper virus, adenovirus tipe 1 dan 2, virus parainfluenza. Sedangkan penyakit yang menyebabkan pneumonia pada kucing adalah calicivirus yang menyebabkan lesi di saluran udara distal dan menyebabkan kucing sangat rentan terhadap invasi bakteri sekunder di paru-paru. Invasi parasit seperti Filaroides, Aelurostrongylus, atau Paragonimus spp pada bronkus dapat juga menyebabkan pneumonia. Demikian juga infeksi Protozoa juga dapat menyebabkan pneumonia kucing, misalnya infeksi Toxoplasma gondii, namun ini jarang terjadi.
     Pneumonia tuberkulosis, meskipun jarang, terlihat lebih sering pada anjing daripada kucing. Insiden pneumonia granulomatosa mikotik juga lebih tinggi pada anjing daripada kucing. Dan yang paling sering menyerang kucing adalah Pneumonia kriptokokus. Cedera pada mukosa bronkus akibat iritasi inhalasi atau aspirasi dapat menyebabkan radang paru-paru secara langsung dan menyebabkan rentan terhadap invasi bakteri sekunder.
     Sedangkan Aspirasi pneumonia biasanya disebabkan akibat muntah terus-menerus, bisa juga karena motilitas esofagus yang abnormal, atau pemberian obat yang salah.

1. Gejala Klinis Pneumonia: 
      Tanda-tanda awal biasanya anjing atau kucing nampak lesu dan anoreksia (tidak mau makan), batuk-batuk, kesulitan bernafas atau Dispnea progresif, “blowing” dan sianosis dari bibir ( nampak jelas pada saat olahraga ). Suhu tubuh anjing atau kucing meningkat diatas normal, bisa juga terjadi leukositosis.
     Pada Pemeriksaan Auskultasi biasanya mengungkapkan konsolidasi, yang mungkin merata tetapi lebih umum adalah difus. Pada stadium akhir dari pneumonia, kepadatan paru-paru meningkat dan konsolidasi peribronchial disebabkan oleh proses inflamasi dapat divisualisasikan secara radiografi. Komplikasi seperti pleuritis, mediastinitis, atau invasi oleh organisme oportunistik bisa saja terjadi.

2. Diagnosis Pneumonia Pada Anjing dan Kucing: 
   Analisis cairan lavage bronchoalveolar sangat diperlukan untuk diagnosis infeksi bakteri. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan respon imun hewan dan menunjukkan lokasi intraseluler atau ekstraseluler dari bakteri. Kultur bakteri dan tes sensitivitas juga sangat diperlukan termasuk test bakteri anaerob termasuk ada tidaknya Mycoplasma, terutama dalam kasus-kasus refrakter.
   Sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh virus umumnya suhu badan anjing atau kucing meningkat hingga 104-106 ° F (40-41 ° C). Kemudian kejadian leukopenia bisa tidak terlihat pada pneumonia yang disebabkan infeksi virus pernapasan (misalnya, tracheobronchitis menular anjing, pneumonia calicivirus kucing, pneumonia Feline Infectious Peritonitis).
   Pada pneumonia aspirasi anjing atau kucing biasanya kita lihat dari riwayat anestesi atau kejadian muntah yang parah pada kucing atau anjing. Jika anastesi baru saja dilakukan dan terjadi pneumonia maka kemungkinan besar adalah pneumonia aspirasi. Anjing atau kucing pada pneumonia aspirasi yang akut bisa meninggal dalam waktu 24-48 jam onset.
   Sedangkan pada kejadian pneumonia mikotik biasanya terjadi secara kronis yang lama. Kemudian jika kucing atau anjing yang terserang pneumonia protozoa biasanya terlihat adanya nodul milier pada hasil nekropsi.

3. Pengobatan Pneumonia pada Anjing dan Kucing: 
    Anjing atau kucing yang terserang pneumonia itu harus ditempatkan dalam lingkungan yang hangat dan kering. Jika anjing atau kucing telihat Anemia maka harus segera diberikan obat antianemia ( bisa mengunakan vitamin B1-B6-B12 plus Fe atau gunakan hematopan). Jika terjadi sianosis yang parah, terapi menggunakan oksigen dapat digunaka dengan konsentrasi 30-50%. Kemoterapi antimikroba empiris (bisa mengunakan spiramicin, tylosin atau obat yang efektif di paru-paru) harus segera dimulai dan dapat diubah jika diperlukan berdasarkan hasil kultur cairan lavage bronchoalveolar.
   Jika diperlukan terapi pendukung juga harus dilakukan  termasuk suplemen oksigen, fisioterapi paru (nebulization dan coupage), dan bronkodilator. Jika tidak ada respon yang terlihat setelah 48-72 jam terapi, pengobatan harus ditinjau kembali. Antimikroba kemoterapi harus dilanjutkan 1 minggu setelah tanda-tanda klinis dan usahakan gunakan radiografi untuk meyakinkan hasil pengobatan.
    Hewan harus diperiksa ulang sesering mungkin. Kemudian radiograf dada harus diulang secara berkala untuk memantau kekambuhan atau catatan proses penyakit utama yang mendasarinya dan untuk mendeteksi komplikasi seperti konsolidasi paru-paru, atelektasis, atau abscessation.
     
        Salah satu cara pengobatan penyakit pneumonia pada anjing dan kucing
        3.1 Terapi Inhalasi
     Terapi inhalasi memiliki prinsip dasar pembentukan partikel kecil aerosol (respirable aerosol) yang dapat mencapai sasaran sesuai tujuan terapi melalui proses menghirup (inhalasi). Sasarannya meliputi seluruh bagian dari sistem respiratori mulai dari hidung, trakea, bronkus, hingga saluran respiratori terkecil (bronkhiolus) dan bahkan bisa mencapai alveolus.
          Penggunaan obat melalui teknik inhalasi pada anjing dan kucing menjadi hal yang umum. Pengobatan dengan menggunkan sediaan inhalan mempunyai beberapa keuntungan, termasuk memperluas permukaan absorpsi melalui membran permeabel, degradasi obat dapat dikurangi karena minimnya reaksi enzimatis, dan terhindar dari metabolisme hati. Apabila terget organ yang diobati merupakan traktus respiratorius, penggunaan inhalan dapat memiliki keuntungan dalam penggunaan dosis tinggi dan langsung ke sasaran. Penggunaan pengobatan per inhalasi juga sering kali membutuhkan dosis yang lebih kecil dibandingkan dengan pengobatan sistemik untuk sediaan yang sama.
         Oleh karena itu, pemberian obat secara per inhalansi telah digunakan secara luas untuk mengobati penyakit saluran napas pada manusia. Berbagai jenis obat berlisensi untuk orang-orang yang tersedia untuk aplikasi inhalasi, termasuk obat antiperadangan dan bronkodilator. Dalam ilmu kedokteran hewan, literatur tentang terapi inhalasi untuk mengobati penyakit alami sangat jarang. Saat ini pemberian obat dalam bentuk aerosol telah menjadi umum digunakan untuk mengobati penyakit pernapasan anjing dan kucing.


         Nebulizer adalah salah satu alat yang digunakan pada terapi inhalasi dalam rangka resusitasi penyakit napasNebulizer merupakan suatu mesin atau alat yang dapat menyemprotkan kabut halus sediaan obat ke dalam traktus respiratorius. Nebulizer dapat mengubah fase obat daribentuk larutan menjadi aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik, serta hanya sebagian kecil cairan yang berbentuk aerosol yang bisa dihirup. Nebulizer digunakan untuk mengatur sediaan obat dalam bentuk kabut sehingga dapat dihirup ke paru-paru. Studi yang dilakukan menerangkan bahwa pada kasus canine influenza yang menyerang anjing, dapat terjadi recovery yang lebih baik setelah dilakukan terapi dengan nebulizer. Dokter hewan juga dapat memberikan partikel pada kucing yang tidak disedasi. Penggunaan nebulizer merupakan cara aman yang digunakan dalam tindakan medis.